Presiden Ukraina Bubarkan Parlemen Pasca Dilantik
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky setelah mengambil
sumpah jabatan di Parlemen selama pelantikannya di ibu kota Ukraina, Kiev,
Senin, 20 Mei 2019. (Foto: Reuters/Valentyn Ogirenko)
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky membubarkan parlemen
hanya beberapa menit setelah selesai dilantik. Zelensky membubarkan Parlemen
saat ini dan mempercepat pemilihan Parlemen menjadi bulan Juli 2019 dengan
tujuan untuk meraih keuntungan politik, sementara ia tetap sangat populer dan
partainya jauh lebih unggul daripada para pesaingnya dalam sejumlah jajak
pendapat terbaru. Zelensky mengatakan dia siap berdialog untuk mengakhiri
perang dan mendesak Rusia untuk membebaskan para tahanan Ukraina dan
mengembalikan kawasan yang telah direbut dari Ukraina.
Oleh: Iuliia
Mendel dan Ivan Nechepurenko (The New York Times)
JurnalPasee - Beberapa menit setelah
resmi menjabat hari Senin (20/5), presiden baru Ukraina Volodymyr Zelensky
mengumumkan pemilihan cepat yang ia harapkan dapat mengonsolidasikan
kekuasaannya dan membantunya mewujudkan janji kampanye untuk mengakhiri wabah
korupsi dan konflik separatis yang berkepanjangan.
Zelensky, politisi
baru yang mendapatkan popularitas sebagai komedian televisi, mengatakan dalam
pidato perdananya bahwa prioritas pertamanya adalah mencapai gencatan senjata
dalam perang melawan proksi Rusia di timur Ukraina yang telah menewaskan 13.000
orang.
Presiden baru
tersebut menang telak bulan April 2019, memimpin partai politik Servant of the
People yang baru terdaftar tahun 2018 dan belum menguasai satu pun kursi di
Parlemen Ukraina. Pemilihan untuk Parlemen baru telah dijadwalkan bulan Oktober
2019, tetapi Zelensky membubarkan Parlemen saat ini dan mempercepat pemilihan
Parlemen menjadi bulan Juli 2019 dengan tujuan untuk meraih keuntungan politik,
sementara ia tetap sangat populer dan partainya jauh lebih unggul daripada para
pesaingnya dalam sejumlah jajak pendapat terbaru.
Dikutip dari The News York Times,
Selasa (21/5), selama kampanye, Zelensky memanfaatkan kandidat kegagalan
petahana Petro O. Poroshenko, seorang pengusaha kaya, dalam mewujudkan
pertumbuhan ekonomi, menumpas korupsi, mau pun mengakhiri perang.
Jauh berbeda dari
pendahulunya, Zelensky, 41 tahun, berjalan kaki ke gedung Parlemen untuk
pelantikannya hari Senin (20/5), berjabat tangan dan berswafoto dengan
orang-orang. Beralih dengan mudah antara bahasa Ukraina dan Rusia, ia
mengatakan dalam pidatonya bahwa pemerintah baru akan melakukan segala upaya
untuk memenangkan hati penduduk yang berbahasa Rusia di kawasan timur yang
diperangi.
“Pemerintah belum melakukan
upaya apa pun bagi mereka untuk membuat mereka merasa sebagai rakyat Ukraina,”
tutur Zelensky, yang merupakan pemimpin pasca-Soviet termuda di Ukraina, dalam
pidatonya. “Saya tidak takut membuat keputusan yang sulit, saya siap kehilangan
popularitas, peringkat saya jika perlu, atau bahkan jabatan saya selama kita
dapat mencapai kedamaian.”
Rakyat
Ukraina menyaksikan siaran upacara pelantikan Presiden Ukraina Volodymyr
Zelensky hari Senin, 20 Mei 2019. (Foto: Reuters/Gleb Garanich)
Atas permintaannya,
menteri pertahanan dan kepala dinas keamanan Ukraina, para sekutu Poroshenko,
mengundurkan diri. Perdana Menteri Ukraina Volodymyr Groysman mengatakan dia
juga akan mundur dari jabatannya.
Zelensky
mengatakan dia siap berdialog untuk mengakhiri perang dan mendesak Rusia untuk
membebaskan para tahanan Ukraina dan mengembalikan kawasan yang telah direbut
dari Ukraina. Rusia telah menganeksasi Krimea tahun 2014, dan sejak itu
separatis yang didukung Rusia telah mengambil alih kendali wilayah negara yang
berbatasan dengan Rusia.
Sementara
itu, Kremlin tampak tidak terkesan. Presiden Rusia Vladimir V. Putin hanya akan
memberi ucapan selamat kepada Zelensky “atas keberhasilan pertama” dalam
menyelesaikan konflik separatis dan dalam memperbaiki hubungan dengan Rusia,
menurut juru bicaranya.
“Dalam hal Krimea, kami
telah mengatakan berkali-kali bahwa tidak mungkin ada pertanyaan tentang siapa
yang menguasainya,” kata juru bicara itu, Dmitri S. Peskov. “Krimea adalah
wilayah Rusia.”
Peskov juga menyebut konflik separatis sebagai “masalah dalam
negeri” Ukraina dan mengatakan bahwa tidak ada pertemuan antara kedua presiden
yang telah diagendakan.
Sementara Zelensky menjadi
terkenal sebagai komedian yang mencemooh presiden dan tampil di hadapan mereka,
dalam pidatonya dia mengaku telah menyadari bahwa dia sekarang memiliki
pekerjaan yang sama sekali berbeda. “Sepanjang hidup saya mencoba melakukan segalanya
untuk membuat Ukraina tertawa,” katanya. “Sekarang saya akan melakukan
segalanya untuk memastikan Ukraina setidaknya tidak akan menangis lagi.”
Iuliia
Mendel melaporkan dari Kiev, Ukraina dan Ivan Nechepurenko melaporkan dari
Moskow, Rusia.
Salam JurnalPasee.