Aceh bukan Pengkhianat Tapi di Khianati
Jurnalpasee - Topik ini menjadi
sangat penting untuk dibahas mengingat banyak pihak yang sering salah anggapan
tentang Aceh dan sering menyudutkan Aceh dalam perjalanan tanah air tercinta
ini.
Banyak sejarah yang terlupakan dan hilang dari buku sejarah
disekolah-sekolah. Banyak isu yang berkembang kalau Aceh adalah negerinya
pemberontak, pengkhianat, makar, tidak setia kepada NKRI dan sebagainya.
Dan ini sangat menyakiti hati dan
perasaan saya sebagai Putra Aceh. Sehingga terbitlah tulisan ini, dan saya
ingatkan kepada saudaraku diseluruh tanah air Indonesia yang membaca artikel
ini : "Jangan Lupa bahwa sejarah berkata lain dan jangan sekali-kali
melupakan Sejarah".
Sejarah perjalanan bangsa, sebuah
mata rantai yang hilang dari buku sejarah disekolah-sekolah dan mulai
dilupakan, dan dipaksa untuk terlupakan. Salah satu upaya pengkaburan sejarah
dan pembunuhan karakter dimasa orde lama dan orde baru, dan ini tidak bisa
dibiarkan.!!!
Aceh dalam perjalanan sejarah
Republik tercinta ini telah memberikan pengorbanan yang begitu besar dan telah
memperlihatkan kesetiaan, nasionalisme dan patriotisme yang sangat tinggi
terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Tapi apa yang terjadi dan harus
diterima rakyat Aceh pada kenyataannya sungguh sangat menyesakkan dada. Terus
menerus difitnah dan disakiti, dianggap makar, disintegritas, diteror,
pembantaian etnis Aceh dan penindasan.
Seandainya dulu Aceh menerima
ajakan Van Mook untuk mendirikan dan membentuk Negara Islam Aceh dan melepaskan
diri dari Republik Indonesia yang masih bayi dan sakit keras.
Maka Republik ini mungkin hanya
ada didalam mimpi Soekarno-Hatta dan hanya sebatas dongeng pengantar tidur
saja.!!!
Saya bukan mantan pejuang 45
ataupun mantan kombatan, Saya hanya salah satu dari ratusan ribu Putra dan
Putri Aceh yang akan berjuang untuk menghapus propaganda-propaganda murahan
yang menyudutkan Aceh berdasarkan fakta-fakta sejarah yang mungkin sengaja
ataupun tidak untuk dilupakan ataupun dipaksa untuk terlupakan.
Aceh bukan Pengkhianat tapi Aceh
dikhianati dan disakiti.!!!
Aceh adalah lebah yang cinta damai
saudaraku... ditubuh dan jiwanya mengalir darah pejuang... Kesetiaan,
Patriotisme dan Nasionalimenya sudah teruji... Tapi ingatlah...!!! Lebah Aceh
akan sangat berbisa bila dikhianati dan disakiti...
Sejarah Kelam Aceh Dikhianati
(Ketika Aceh Menuntut, Bung Karno
Ingkar Janji)
Sejarah mencatat dan telah
membuktikan kalau kesetiaan rakyat Aceh terhadap Republik tercinta ini pada
saat kritis dan hampir mati sudah teruji dan tak perlu diragukan lagi. Namun
itu semua menjadi percuma dan terasa sia-sia manakala air susu dibalas dengan
air tuba. Tak ubahnya seperti nasib seorang Ibu yang diperkosa dan dibunuh oleh
anaknya sendiri.
Setelah masa-masa kritis Republik
Indonesia terlewati dan semuanya kembali normal, Bung Karno pun mengingkari
janjinya. Apa saja janji Soekarno pada rakyat Aceh ?
Janji Bung Karno pada Rakyat Aceh
Berikut dialog antara Gubernur
Militer Aceh, Langkat dan Tanah Karo, Tgk. Muhammad Daud Beureueh (Abu Jihad)
dan Presisen RI, Ir. Soekarno (Bung Karno) dipendopo keresidenan Aceh di
Kutaradja (Banda Aceh), juni 1948
Bung Karno
Saya minta bantuan Kakak Daud
Beureueh agar rakyat Aceh turut mengambil bagian perjuangan bersenjata yang
sekarang sedang berkobar antara Indonesia dan Belanda untuk mempertahankan
kemerdekaan yang telah kita proklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945.
Daud Beureueh
Sdr. Presiden. Kami Rakyat Aceh
dengan segala senang hati dapat memenuhi permintaan Presiden asal saja perang
yang akan kami kobarkan itu berupa Perang Sabil atau Perang Fi Sabilillah.
Perang untuk menegakkan Agama Allah. Sehingga kalau ada diantara kami yang
terbunuh dalam perang itu maka berarti kami mati syahid.
Bung Karno
Kakak, memang yang saya maksudkan
adalah perang yang seperti telah dikobarkan oleh pahlawan-pahlawan Aceh yang
terkenal seperti Tengku Tjhik di Tiro, dan lain-lain yaitu perang yang tidak
kenal mundur, perang yang bersemboyan “Merdeka atau Syahid”.
Daud Beureueh
Kalau begitu kedua pendapat kita
telah bertemu Sdr. Presiden. Dengan demikian bolehlah saya mohon kepada Sdr.
Presiden, bahwa apabila perang telah usai nanti, kepada rakyat Aceh diberikan
kebebasan untuk menjalankan Syariat Islam di dalam daerahnya.
Bung Karno
Mengenai hal itu, Kakak tak usah
khawatir. Sebab 90 persen rakyat Indonesia beragama Islam.
Daud Beureueh
Maafkan saya Sdr. Presiden, kalau
saya terpaksa mengatakan, bahwa hal itu tidak menjamin bagi kami. Kami
menginginkan suatu kata ketentuan dari Sdr. Presiden.
Bung Karno
Kalau demikian baiklah, Saya
menyetujui permintaan Kakak itu.
Daud Beureueh
Alhamdulillah... Atas nama rakyat
Aceh saya mengucapkan terima kasih banyak atas kebaikan hati Sdr. Presiden.
Kami mohon (sambil menyodorkan secarik kertas kepada Presiden) sudi kiranya
Sdr. Presiden menulis sedikit di atas kertas ini.
Melihat permohonan Daud Beureueh
itu, Bung karno menangis terisak-isak. Dan berkata:
Kakak, kalau begitu tidak ada
gunanya aku menjadi presiden. Apa gunanya saya menjadi presiden kalau tidak
dipercaya.?
Daud Beureueh
Bukan kami tidak percaya Sdr.
Presiden. Akan tetapi hanya sekadar menjadi tanda untuk berperang.
Bung Karno (sambil menyeka air
matanya berkata)
Wallah.., Billah.., kepada Daerah
Aceh nanti akan diberi hak untuk menyusun rumah tangganya sendiri sesuai dengan
Syariat Islam.
Dan Wallah, Saya akan pergunakan
pengaruh saya agar rakyat Aceh benar-benar nanti dapat melaksanakan Syariat
Islam di dalam daerahnya. Apakah Kakak masih ragu-ragu juga.?
Daud Beureueh
Saya tidak ragu-ragu lagi Sdr.
Presiden. Sekali lagi, saya atas nama rakyat Aceh mengucapkan banyak terima kasih
atas kebaikan hati Sdr. Presiden.
Begitulah kutipan perbincangan
antara Bung Karno dan Tgk. Mohd Daud Beureueh disaat RI nyaris tamat dan
diblokade oleh belanda dari laut, udara dan darat. Saat itu hanya tersisa Aceh
sebagai satu-satunya wilayah yang tak tersentuh Belanda, Aceh adalah garis
pertahanan RI terakhir.
Berbekal isak tangis dan air mata
buayanya, Soekarno berhasil meluluhkan hati sang ulama kharismatik itu, maka
urunglah niat abu Jihad (Tgk. Mohd. Daud
Beureueh) meminta perjanjian hitam di atas putih.
Dan hanya itulah tuntutan rakyat
Aceh pada RI, Aceh hanya menginginkan "Penerapan Syariat Islam secara
Kaffah di Tanah Rencong". Dan apa yang terjadi setelah perang usai dan RI
kembali bernafas lega.? Ternyata janji tinggal janji, hanya manis dibibir saja.
Air mata buaya Bung Karno hanyalah sebagai pelengkap sempurnanya sandiwara.
Jangankan menepati janjinya,
Povinsi Aceh justru dibubarkan dan dilebur ke dalam provinsi Sumatera Utara.
Inilah cikal bakal dan awal mula genangan air mata dan darah rakyat Aceh
membanjiri Tanah Rencong. Sungguh penghinaan dan penistaan yang sangat luar
biasa.!!
Sangat beratkah permintaan itu ?Bila dibandingkan dengan pengorbanan nyawa dan harta rakyat Aceh ?Belum puaskah dengan darah dan harta rakyat Aceh yang telah tumpah dimedan perang ? Hingga rakyat Aceh harus merenangi air mata dan darah lagi untuk sebuah senyuman setelah perang usai ?!!
Okey, Stop Here.!!! Semua telah
berlalu dan kabut masa pun telah berganti. Hanya sekedar memberi pelajaran
sejarah agar generasi muda Aceh dan seluruh rakyat Indonesia mengetahui bahwa
Aceh adalah lebah yang cinta damai tapi juga bisa berbisa bila disakiti dan
dikhianati. Hanya sekedar mencoba untuk menyambung kembali mata rantai
perjalanan negeri ini yang hilang dari buku sejarah disekolah-sekolah.
Back to Laptop, setelah kita
mengetahui alasan mengapa Tgk. Mohd. Daud Beureueh (Abu Jihad) melakukan
pemberontakan DI/TII di Aceh. Dan sebelum melanjutkan cerita pemberontakan
tersebut, maka saya mencoba mengajak untuk mereview terlebih dahulu apa yang
terjadi pada Bung Karno karna mengkhianati ulama dan rakyat Aceh.?
Hukum Karma Akibat Ingkar Janji
(Mengkhianati Ulama dan Rakyat
Aceh, Bung Karno kena batunya)
"Apa yang kau tanam, itulah
yang kau tuai". Sepertinya pepatah ini sudah mewakili untuk menggambarkan
karma yang diterima Bung Karno di dunia akibat mengkhianati rakyat Aceh dan
janjinya pada seorang ulama besar.
Sejak saat itu kesialan demi
kesialan terus menghiasi hari-hari mantan orang nomor wahid di negeri ini.
Dimulai dengan jatuh bangun kabinetnya, perpecahan antar partai politik,
tingkat inflasi yang tinggi, konspirasi politik ditubuh militer yang ingin
menggulingkannya hingga berujung pada meletusnya Gerakan 30 September.
Ambisi besar Bung Karno yang
ingin menyeimbangkan dan menyatukan antara Nasionalisme, Agama, dan Komunisme
melalui "NASAKOM" akhirnya menjadi bumerang bagi dirinya. Tiga pilar
ini akhirnya roboh juga, Nasionalisme (Militer) dan Agama (Politisi &
Islam) secara bersama-sama menghancurkan dan melenyapkan pilar yang ketiga,
yaitu Komunis (PKI).
Akibat dari Gerakan 30 september,
akhirnya Bung Karno dicopot dari kekuasaannya oleh Parlemen Sementara dan
Soeharto ditunjuk sebagai Presiden sementara berbekal surat saktinya
"Supersemar". Ini yang disebut sebagian pihak sebagai "kudeta
merangkak". Dan diduga kuat adanya konspirasi politik antara Soeharto dan
CIA Amerika dalam G 30 S yang berujung pada penggulingan Bung Karno dari
tahtanya.
Benarkah demikian ?
Sulit
dibuktikan tapi banyak fakta yang mengarah kesana.
Apa saja faktanya ? (akan
kita bahas dilain waktu ditema dan judul yang berbeda).
Apa cukup sampai disitu saja
karma yang diterima Bung Karno ? Tentu saja tidak, setelah dicopot dari
kekuasaannya. Bung Karno menghabiskan waktunya di Istana Bogor.
Lalu kemudian beliau dijadikan
tahanan rumah dan diisolasi di Wisma Yaso, Jakarta dan dijauhkan dari
keluarganya. Disini Bung Karno mulai menjalani siksaan psikis dan pembunuhan
secara perlahan oleh penguasa yang baru.
Dalam keadaan sakit parah
(paru-paru basah, jantung dan ginjal), beliau tidak ditangani oleh dokter ahli
atau spesialis tapi banyak referensi yang saya temui mengatakan kalau Bung
Karno saat itu hanya dirawat oleh dokter hewan yang bernama Soerojo.
Sampai akhirnya setelah sekian
lama menderita dan kondisinya semakin memburuk baru dirujuk ke rumah sakit
angkatan darat. Karena keterbatasan alat di RSAD maka beliau pun tidak
menjalani cuci darah akibat gagal ginjal dan catatan medis juga menyebutkan
obat yang diberikan hanya vitamin (B12, B kompleks, royal jelly) dan
Duvadillan. Dan makanan yang diberikan oleh perawat pun selalu asin.
Beliau akhirnya meninggal pada
tanggal 21 Juni 1970, di usia yang ke 69 tahun dalam keadaan yang sangat
menyedihkan. Dalam keadaan trauma psikis, sakit yang berkepanjangan dan sebagai
tahanan politik.
Inna lillahi wa inna ilaihi
raji'un. Terlepas dari itu semua, beliau tetaplah bapak bangsa yang mesti kita
hormati dan kewibawaan serta pemikiran-pemikirannya patut kita kagumi. Semoga
Allah SWT mengampuni segala kekhilafannya dimasa lalu dan menerima segala amal
ibadahnya. Aamiiin...
Oleh : ibnuaswiar.blogspot.com
Salam Jurnalpasee